KEBUDAYAAN DAERAH DI BALI
Disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah
Kebudayaan
Dosen
pengampu :Bapak Syaiful Amin
disusun oleh :
Lailatul Fatkhiyyah (3101412104)
Karina Dwika Briliyana (3101412128)
Slamet Suryo Nugroho (3101412130)
Permata Ajeng Pangestika (3101412145)
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang
Menurut
Koentjaraningrat kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan,
serta yang dihasilkan manusia dalam kehidupan masyarakat, yang dijadikan
miliknya dengan cara belajar.
Dengan
pengertian itu, Koentjaraningrat menyatakan bahwa hampir semua tindakan manusia
adalah kebudayaan. Tindakan manusia hampir seluruhnya merupakan hasil kgiatan
belajar. Tindakan manusia yang tidak dilakukan melalui belajar jumlahnya sangat
terbatas. Berbagai tindakan yang bersifat naluri seperti makan, minum, dan
berjalan juga telah di pengaruhi oleh manusia menjadi tindakan kebudayaan.
Koentjaraningrat
menjelaskan bahwa suatu kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu wujud ide, wujud
aktivitas, dan wujud benda atau artefak.
2.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
awal mula adanya daerah Bali?
2. Bagaimana
wujud kebudayaan daerah Bali?
3. Mengetahui
hubungan kebudayaan daerah Bali dengan 7 unsur kebudayaan universal?
2.3. Tujuan Makalah
1. Mengetahui
awal mula adanya daerah Bali.
2. Mengetahui
wujud kebudayaan daerah Bali.
3. Mengetahui
hubungan kebudayaan daerah Bali dengan 7 unsur kebudayaan universal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Awal Mula daerah Bali
Bali adalah nama
salah satu provinsi
di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari
provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga
terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa
Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau
Nusa Ceningan dan Pulau Serangan.
Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibu kota provinsinya
ialah Denpasar
yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah
pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata
dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia.
Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.
Penghuni
pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500
SM yang bermigrasi dari Asia.
Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang
terletak di bagian barat pulau. Zaman prasejarah
kemudian berakhir dengan datangnya ajaran Hindu
dan tulisan Bahasa
Sanskerta dari India
pada 100
SM.
Suku bangsa Bali merupakan suatu kelompok manusia yang
terikat oleh kesadaran akan kesatuan kebudayaannya, sedangkan kesadaran itu
diperkuat oleh adanya bahasa yang sama. Walaupun ada kesadaran yang demikian,
namun kebudayaan Bali mewujudkan banyak variasi dan perbedaan setempat. Di
samping itu agama Hindu yang telah lama terintegrasi ke dalam kebudayaan Bali,
hal ini merupakan unsur yang memperkuat adanya kesadaran akan kesatuan.
Kebudayaan
Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang prosesnya semakin
cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa
(pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong
yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa
pada 913 M
dan menyebutkan kata Walidwipa.
Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak
untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya
juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit
(1293–1500
AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa,
pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343
M. Saat itu hampir seluruh nusantara
beragama Hindu,
namun seiring datangnya Islam
berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang
antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis
dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau
Jawa ke Bali.
Perbedaan pengaruh dari kebudayaan Jawa-Hindu di
berbagai daerah di Bali dalam jaman Majapahit menyebabkan adanya dua bentuk
masyarakat di Bali, yaitu masyarakat Bali-Aga dan Bali-Majapahit. Masyarakat
Bali-Aga kurang mendapat pengaruh dari Kebudayaan Jawa-Hindu dari Majapahit dan
mempunyai struktur sendiri. Orang Bali-Aga pada umumnya mendiami desa-desa di
daerah pegunungan. Sedangkan orang Bali-Majapahit pada umumnya tinggal di
daerah-daerah dataran yang merupakan bagian yang paling besar dari penduduk
pulau Bali. Kecuali di pulau Bali, ada juga orang Bali di bagian barat dari
pulau Lombok, sedangkan usaha transmigrasi oleh pemerintah telah menyebarkan
mereka ke daerah-daerah lain, seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah,
Sulawesi dan Nusa Tenggara.[1]
2.2. Wujud Kebudayaan
daerah Bali
1. Tari
dan Musik Bali
a. Gagasan
Tari Bali tidak selalu bergantung pada alur
cerita. Tujuan utama penari Bali adalah untuk menarikan tiap tahap gerakan dan
rangkaian dengan ekspresi penuh. Kecantikan tari Bali tampak pada
gerakan-gerakan yang abstrak dan indah. Tari-tari Bali yang paling dikenal
antara lain pendet,
gabor, baris, sanghyang dan
legong.
Tari Bali sebagian besar bermakna religius. Sejak tahun 1950-an, dengan
perkembangan pariwisata yang pesat, beberapa tarian telah ditampilkan
pada kegiatan-kegiatan di luar keagamaan dengan beberapa modifikasi.
Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di
banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan
berbagai alat
musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam teknik
memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk
nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang
dimainkan pun memiliki keunikan, misalnya gamelan jegog, gamelan gong
gede, gamelan gambang, gamelan selunding dan gamelan Semar
Pegulingan. Ada pula musik Angklung
dimainkan untuk upacara ngaben serta musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai
upacara lainnya.
Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan
Gong Kebyar yang merupakan musik tarian yang dikembangkan pada masa
penjajahan Belanda serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak
era tahun 1950-an. Umumnya musik Bali merupakan kombinasi dari berbagai alat
musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi kayu (xilofon).
Karena hubungan sosial, politik dan budaya, musik tradisional Bali atau
permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau saling memengaruhi daerah
budaya di sekitarnya, misalnya pada musik tradisional masyarakat Banyuwangi
serta musik tradisional masyarakat Lombok.
b.
Aktivitas
Tari Bali dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, wali (sakral)
atau bebali (upacara) dan balih-balihan (hiburan). Tari wali dan bebali dapat ditarikan di tempat dan waktu
tertentu.[1]
Tari wali dipentaskan di halaman bagian dalam pura dan tari bebali di
halaman tengah (jaba tengah). Sebaliknya tari balih-balihan ditarikan di
halaman luar pura (jaba sisi) dalam acara yang
bersifat hiburan.
Tarian wali
Tarian bebali
Tarian balih-balihan
c. Artefak
Tari Pendet Tari
Kecak
Gamelan Bali
2. Pakaian
Daerah Bali
a. Gagasan
Pakaian
daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas
kelihatannya sama. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik
dan ornamen, berdasarkan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya.
Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan corak busana
dan ornamen perhiasan yang dipakainya.
b.
Aktifitas
Sebagai
pakaian ketika upacara keagamaan, hari besar, dan pernikahan.
c.
Artefak
Baju Adat Bali
3.
Rumah Adat Bali
a.
Gagasan
Rumah Bali yang sesuai dengan
aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya
Feng Shui dalam Budaya China) Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan
dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara
aspek pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah
harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana.
Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan
yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.
Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu
dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias
tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan
penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga
berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.
b.
Aktivitas
Sebagai rumah sehari-hari dan kegiatan beribadah sehari-hari.
c.
Artefak
2.3. Hubungan Kebudayaan Daerah Bali dengan 7 Unsur
Kebudayaan Universal
1. Bahasa
Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih
spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini
terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri
Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali
Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal
misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara
orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di
tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang
kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum
sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya.
Di Lombok
bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di
kabupaten Banyuwangi.
Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan
sebagai contoh kata osing yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing.
Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.
Melayu
|
Bali
|
Jawa
|
kau (kasar)
|
cai untuk
laki-laki/nyai untuk wanita (kasar)
|
Kowe
|
Sungai
|
tukad
|
sungay (Jawa Kuna)
kali,lepen |
Yang
|
sane
|
Ingkang, sing
|
dukun, tabib
|
balian
|
Dhukun
|
2. Sistem Teknologi
Masyarakat
Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang
mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal
arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai
bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan
perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional
yaitu salah satunya keris.
3. Sistem Mata
Penceharian dan Sistem Ekonomi
Pada
umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam, pada
dataran yang curah hujannya yang cukup baik, pertenakan terutama sapi dan babi
sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan darat
maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan, kerajinan meliputi
kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan,
pabrik kopi, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan
lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi bali
maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan.
4. Sistem Organisasi Masyarakat
a).Perkawinan
Penarikan garis keturunan dalam masyarakat Bali adalah mengarah pada patrilineal. System kasta sangat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu perkawinan, karena seorang wanita yang kastanya lebih tinggi kawin dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi suatu penyimpangan, yaitu akan membuat malu keluarga dan menjatuhkan gengsiseluruhkastadarianakwanita.
Di beberapa daerah Bali ( tidak semua daerah ), berlaku pula adat penyerahan mas kawin ( petuku luh), tetapi sekarang ini terutama diantara keluarga orang-orang terpelajar, sudah menghilang.
b).Kekerabatan
Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti arya KepakisandanJabayaitusebagapemimpinkeagamaan.
c).Kemasyarakatan
Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif). Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan.
Penarikan garis keturunan dalam masyarakat Bali adalah mengarah pada patrilineal. System kasta sangat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu perkawinan, karena seorang wanita yang kastanya lebih tinggi kawin dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi suatu penyimpangan, yaitu akan membuat malu keluarga dan menjatuhkan gengsiseluruhkastadarianakwanita.
Di beberapa daerah Bali ( tidak semua daerah ), berlaku pula adat penyerahan mas kawin ( petuku luh), tetapi sekarang ini terutama diantara keluarga orang-orang terpelajar, sudah menghilang.
b).Kekerabatan
Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti arya KepakisandanJabayaitusebagapemimpinkeagamaan.
c).Kemasyarakatan
Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif). Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan.
5. Sistem
Pengetahuan
Banjar atau bisa disebut sebagai desa
adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan social yang didasarkan atas kesatuan
wilayah. Kesatuan social tersebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara
keagamaan. Banjar dikepalahi oleh klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut
segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan,tetapi sering kali
juga harus memecahkan soal-soal yang mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal
yang sifatnya administrasi pemerintahan.
6. Religi
Agama yang dianut oleh sebagian
orang Bali adalah agama Hindu sekitar 95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan
sisanya 5% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong
Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan
kedamaian hidup lahir dan batin.orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk
konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang
pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah
dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci
agama Hindu adalah weda yang berasal dari India.
Orang yang meninggal dunia pada
orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk
membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan
duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran mayat.
Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun
baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan,
kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwaratri.
Pedoman dalam ajaran agama Hindu
yakni : (1).tattwa (filsafat agama), (2). Etika (susila), (3).Upacara (yadnya).
Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu (1). Manusia Yadnya yaitu
upacara masa kehamilan sampai masa dewasa. (2). Pitra Yadnya yaitu upacara yang
ditujukan kepada roh-roh leluhur. (3).Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan
di pura / kuil keluarga.(4).Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan
seorang pendeta. (5). Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar
manusia yang mengganggu manusia.
7. Kesenian
Kebudayaan kesenian di bali di
golongkan 3 golongan utama yaitu seni rupa misalnya seni lukis, seni patung,
seni arsistektur, seni pertunjukan misalnya seni tari, seni sastra, seni drama,
seni musik, dan seni audiovisual misalnya seni video dan
film.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar